Gunung-gunung yang berjalan
Seperti awan yang dihembuskan
Dibawah langit tanpa tonggak
Tak runtuh, seperti tanpa atap
Bagaimana bila?
Tuhan bukanlah Maha Sabar
Melihat keangkuhan
Atau senonoh merusak alam
Pantaskah manusia ingkar akan fitrahnya?
Perut bumi yang kian menghujam
Meluapkan isi dan bebatuan alam
Bukanlah Tuhan tak lagi sayang
Lahar panas, kemudian menjadi ujian
Selebihnya justru ia menyuburkan
Alam sungguh tak bosan
Meminta akhiri segala kelakuan
Bila bukanlah iradah Tuhan
Bagaimana jadikan hasil alam
Tanah tandus, tumbuhkan pohon rindang
Batu alam, layak jadi sumber mineral
Air laut yang tak akan habis ditelan
Menjadi tinta pengetahuan?
Peluklah alam
Mencintainya, sepenuh hati dan sayang
Sebagai sesama ciptaan
Di bawah naungan awan
Senantiasa panjatkan pujian
Kuasa Tuhan, tak serta merta hancurkan
Bila amarah tak disulut oleh rayuan insan
Tidakkah kita memikirkan?
Ranah Upaya, 9 Juli 2024